Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan NKRI

By ErwinS
  • Presiden Soekarno memproklamasikan Indonesia

    Presiden Soekarno (didampingi Bung Hatta) memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal tersebut di DKI Jakarta. Hal ini dilakukan karena sedang tak ada orang yang memegang kekuasaan Indonesia pada saat itu. Hal ini pun dilakukan tanpa sepengetahuan Jepang dahulu.
  • Period: to

    Jangka waktu Indonesia mempertahankan kemerdekaan

  • Perundingan Awal Indonesia-Belanda

    Pada tanggal ini, perundingan pertama Indonesia dengan Belanda pertama setelah penjajahan Jepang dilakukan. Perundingan ini diadakan oleh pihak Sekutu (Inggris). Perundingan ini bertujuan untuk menghindari konflik antara Indonesia dan Belanda. Gagasan inipun diberikan oleh Panglima Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), yaitu Letnan Jenderan Christison. AFNEI adalah sebuah pasukan dibawah komando South East Asia Command (SEAC), yang dipimpin oleh Laksamana Lord Louis Mountbatten.
  • Perundingan Awal Indonesia-Belanda (continue)

    Pada perundingan ini, beberapa orang yang terlibat termasuk penengah dari Inggris, Sir Archibald Clark Kerr dan Lord Killearn, Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dr. H. J Van Mook, dan beberapa orang dari pihak Indonesia. Van Mook, di perundingan ini, menyampaikan pernyataan pemerintah Belanda yang berkata bahwa Indonesia akan dijadikan negara commonwealth, beserta masalah dalam negeri akan diurus pihak Indonesia, tetapi masalah luar negeri akan diurus oleh pemerintahan Belanda.
  • Pemerintah RI menyampaikan Usul Balasan kepada Belanda

    Pemerintah RI, setelah mendengarkan pernyataan Belanda dalam perundingan awal Indonesia-Belanda, membalas pernyataan Belanda, dan balasan itu berisi sebagai berikut:
    1. RI harus diakui sebagai negara berdaulat penuh atas wilayah bekas Hindia Belanda.
    2. Federasi Indonesia Belanda akan dilaksanakan dalam masa tertentu.
    3. Tentara Belanda segera ditarik dari Indonesia.
    4. Saat perundingan belangsung, semua aksi militer harus dihentikan.
  • Negara Sumatera Timur dibentuk untuk BFO

    Negara Sumatera Timur dibentuk agar BFO menambah wilayahnya. Negara ini berpresiden Dr.Tengku Mansyur.
  • Negara Sumatera Selatan dibentuk untuk BFO

    Negara Sumatera Selatan dibentuk agar menambah kekuasaan wilayah BFO. negara ini berpresiden Abdul Malik
  • Perundingan Hooge Veluwe

    Pada tanggal ini, Sir Achibald Clark Kerr mengundang pihak Indonesia berunding di Hooge Veluwe. Pada perundingan ini, delegasi Indonesia terdiri dari Mr. Soewandi, Mr. Abdoel Karim Pringgodigdo, dan dr. Soedarsono. Sedangkan delegasi Belanda terdiri dari Dr. Van Royen, Prof. Logemann, Sultan Hamiday, Soejo Santoso, Dr. Van Mook, dan Prof. Van Arbeck. Perundingan ini bertujuan untuk menentukan daerah kekuasaan RI dan Belanda di Indonesia.
  • Perundingan Hooge Veluwe (continue)

    Tetapi perundingan ini gagal karena kedua pihak mempertahankan prinsip. Perundingan ini pun diakhiri pada tanggal 25 April 1946
  • Perundingan Linggadjati

    Setelah perundingan sebelumnya gagal, Perundingan Linggadjati, yang diselenggarakan di daerah di sebelah selatan Cirebon bernama Linggadjati atau Linggardjati, dijalankan. Perundingan ini diawali oleh Lord Killearn, yang setelah perundingan sebelumnya mempertemukan pihak Indonesia dengan pihak Belanda.
  • Perundingan Linggadjati (continue)

    Ada tiga pihak yang bersangkutan di perundingan ini; delegasi Indonesia yang diketuai Sutan Syahrir; delegasi Belanda yang diketuai Schermerhorn; dan delegasi Inggris sebagai penengah yang diketuai oleh Lord Killearn. Perundingan ini bertujuan untuk menentukan wilayah-wilayah yang akan menjadi kekuasaan Belanda dan RI lagi. Selain itu, di intisari perundingan ini ada bagian yang mengatakan dahwa Indonesia dan Belanda akan membentuk negara serikat (RIS). Tetapi perundingan ini tak sesuai harapan.
  • Negara Indonesia Timur dibentuk untuk BFO

    Negara Indonesia Timur (NIT) dibentuk oleh BFO untuk penambahan kekuasaan. Presiden negara ini adalah Cokorde Gde Raka Sukawati.
  • Agresi Militer Belanda I

    Setelah kegagalannya Perundingan Linggadjati, Pihak Belanda melakukan agresi militernya yang pertama. Hal ini diawali oleh pernyataan Van Mook pada tanggal ini yang mengatakan bahwa Belanda tak mau melakukan perundingan dengan Indonesia lagi. Agresi ini dilakukan karena ada penafsiran keputusan hasil perundingan sebelumnya dari pihak Indonesia dan Belanda. Malam hari pada tanggal itu, pasukan Belanda menyerbu berbagai gedung yang dimiliki Republik.
  • Agresi Militer Belanda I

    Pada hari kedua Agresi Militer Belanda I Belanda menyerang berbagai wilayah yang saat itu dikuasai RI. Hal ini tentunya memberikan kerugian fatal untuk RI pada saat itu. Karena ini, Pasukan RI berpindah ke daerah pedesaan, jauh dari kota. Walaupun banyak kerugian yang pihak Indonesia dapat, ada juga kelebihannya, yaitu perhatian dunia internasional (negara-negara lain, seperti India dan Australia) yang memberikan simpati kepada RI dan membuat pihak belanda terdesak statusnya.
  • Aksi India dan Australia terhadap Aksi Agresi Indonesia-Belanda

    Mengetahui keadaan Indonesia pada saat itu yang sedang mendesak, India dan Australia meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengdakan sidang. Hasilnya, PBB meminta Indonesia dan Belanda menghentikan aksi agresi terhadap sesama.
  • Aksi Dewan Keamanan PBB pada konflik Indonesia-Belanda

    Karena aksi-aksi Belanda yang keras, PBB memerintahkan kedua pihak untuk menghentikan aksi fisik mereka.
  • Aksi Fisik Indonesia-Belanda diresmikan sudah terhenti

    Karena PBB, kedua pihak diresmikan telah berhenti aksi tembak-menembak. Tetapi Belanda masih mencoba memeperluaskan area kekuasaannya. Batas akhir perluasan wilayah Belanda itulah yang dituntut sebagai garis demarkasi, yang lalu dinamakan Garis Van Mook.
  • Perundingan Renville

    Setelah aksi agresi kedua pihak (Indonesia dan Belanda) dihentikan oleh PBB, mereka kembali ke cara perundingan. PBB pun berseru kepada kedu pihak untuk memilih Komisi Tiga Negara (KTN) untuk menjadi penengah di perundingan ini. RI memilih Australia, sementata Belanda memilih Belgia. Kedua negara yangtelah dipilih memilih AS untuk anggota KTN ketiga. Perundingan selanjutnya diadakan di sebuah kapal perang AS bernama USS Renville yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta.
  • Perundingan Renville (continue)

    Delegasi pihak Indonesia dan Belanda yang datang pada Perundingan tersebut adalah Amir Syarifuddin untuk ketua delegasi Indonesia, dan R. Abdulkadir Wijoatmojo. untuk perwakilan negara lain, ada Richard Kirby untuk Australia, Paul van Zeeland untuk Belgia, dan Frank Graham untuk AS. Sebenarnya, hasi perundingan ini sangat merugikan Indonesia. Karena ini, Amir Syarifuddin diturunkan jabatannya.
  • Negara Madura diresmikan untuk BFO

    Negara Madura diresmikan mejadi negara oleh BFO. Negara ini berpresiden R.A.A. Tjakraningrat.
  • Negara Pasundan dibentuk untuk BFO

    Negara Pasundan dibentuk oleh BFO. Negara ini berpresiden R.A.A. Wiranatakoesoemah
  • Negara Jawa Timur dibentuk untuk BFO

    Negara Jawa Timur dibentuk agar wilayah kekuasaan BFO menambah. Negara ini berpresiden R.T.P. Achmad Kusumonegoro.
  • Pidato Beel dan Agresi Militer Belanda II (continue)

    Tetapi, sebelum Presiden Soekarno, Wapres Hatta dan pimpinan nasional lainnya ditangkap oleh pasukan Belanda, mereka mengadakan sidang kabinet. Hasil sidang tersebut adalah memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syarifuddin Prawiranegara (sedang berada di Sumatera) agar membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Jika ia tak berhasil dalam melakukan hal tersebut, kuasa membuat PDRI diberikan kepada Mr. A.A. Maramis, L.N. Palar, dan Dr. Sudarsono yang sedang berada di India.
  • Pidato Beel dan Agresi Militer Belanda II

    Sebelum tanggal ini, Belanda, yang sudah merugikan banyak untuk Indonesia, ingin lebih banyak untuk dikuasai karena ketidakpuasannya. Belanda malah mengingkari perjanjian perundingan sebelumnya. Belanda melepas ikatannya dengan hasil Perundingan Renville dengan menyatakan Pidato Beel, yang dinyatakan pada tanggal ini. Dari pidato tersebut, Belanda melakukan Agresi Militer II. Agresi tersebut bertujuan untuk menguasai Yogyakarta agresi ini pun berefek kepada pihak RI.
  • Sidang Dewan Keamanan PBB

    Dunia internasional yang mendesak PBB untuk mengeluarkan resolusi untuk menghentikan tindakan Belanda kepada Indonesia. Sebuah sidang pun diadakan oleh PBB. Sidang itu pun memberikan resolusi pada konflik ini, pembebasan presiden, wapres, dan pemimpin-pemimpin RI yang ditawan oleh Belanda. Tak hanya itu; PBB juga memberikan perintah pada KTN untuk memberi laporan lengkap kepada Dewan Keamanan PBB tentang situasi Indonesia sejak Agresi Militer Belanda II.
  • Sidang Dewan Keamanan PBB (continue)

    Serta, mereka juga mengganti KTN menjadi United Nations Comission for Indonesia (UNCI) yang dipimpin oleh Merle Cochran.
  • Serangan Umum Satu Maret 1949

    Pejuang Indonesia yang terus berjuang di wilayah Yogyakarta yang dikuasai Belanda melakukan sebuah serangan terhadap Belanda pada Maret 1949 untuk mengambil kembali Yogyakarta. Serangan ini dipimpin oleh Letkol Soeharto. Serangan tersebut pun terjadi karena adanya propaganda Belanda bahwa pasukan TNI sudah hancur. Keberhasilan serangan itu ditentukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pagi harinya, serangan dilangsungkan bersama dengan rakyat Yogyakarta. Serangan itu pun berhasil.
  • Perundingan Roem-Royen

    Untuk lanjutan resolusinya Dewan Keamanan PBB, pada tanggal ini diadakan Perundingan Roem-Royen. Hal ini diselenggarakan di Hotel Des Indes, DKI Jakarta. Pihak Indonesia diwakili oleh Mohammad Roem, sementara pihak Belanda diwakili oleh Dr. Van Royen. Tak ada kata sepakat dari kedua pihak yang berbeda pendirian.
  • Pertujuan Roem-Royen

    Walau pada saat perundingan tersebut tak ada pihak yang sepakat, ada pencapaian persetujuan yang dikenal sebagai Roem-Royen Statements.
  • Lanjutan Perundingan Roem-Royen

    Pada tanggal ini, sebagai tindakan lanjut dari perundingan Roem-Royen, Presiden Soekarno adn Wapres Hatta beserta pimpinan lainnya kembali ke Yogya. Untuk mempersiapkan diri mereka untuk Konferensi Meja Bundar (KMB), pihak RI melakukan Konferensi Inter-Indonesia (KII), yang bertujuan untuk mempersiapkan hal-hal apa saja untuk dibicarakan pada KMB.
  • Konferensi Inter-Indonesia Pertama

    KII dilakukan 2 kali. yang pertama dilakukan di Yogyakarta sampai 22 Juli 1949 dan dipimpin oleh Moh. Hatta.
  • Konferensi Indonesia Kedua

    KII kedua diselenggarakan di Jakarta sampai 2 Agustus 1949 dan dipimpin oleh Sultan Hamid
  • Konferensi Meja Bundar

    KMB merupakan puncak perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal ini dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Delegasi pihak-pihak yang hadir adalah Moh. Hatta untuk Indonesia, Sultan Hamid II untuk BFO, J.H. Van Maarseveen, dan Merle Cochran untuk UNCI. Setelah melewati perundingan yang sangat lama waktunya, pencapaian didapatkan pada tanggal 2 November 1949, yang membuat Indonesia puas akan upayanya dan membuat RIS pun menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
  • Sidang KNIP setelah KMB

    setelah KMB selesai, hasil-hasil KMB diajukan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk diratifikasikan. KNIP bersidang dari tanggal ini sampai 14 Desember 1949.
  • Pemilihan presiden RIS

    Pada 15 Desember 1949, diadakan pemilihan presiden RIS agar RIS mempunyai seorang pemimpin, salah satu syarat agar sebuah negara bisa dikatakan sebuah negara. Tetapi, dengan calon tunggal Ir. Soekarno, ia langsung dilantik presiden keesokan harinya.
  • Penandatanganan Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS

    Ratu Yuliana dari Belanda menanda tangani piagam pengakuan kedaulatan RIS pada hari itu. Pada saat bersamaan, di Istana Merdeka, DKI Jakarta, Wali Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink menandatangani pengakuan kedaulatan kepada wakil pemerintah RIS, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sejak itu, Indonesia diakui sebuah negara kedaulatan